Friday 20 April 2007

I did a google search of my name and this article came up...think it's in Indo

Sabtu , 24 Maret 2007
Cinta Sneaker Itu seperti Cinta Perempuan pada Handbag
Wisata Sepatu Melbourne; Salah Satu Ibu Kota Sneaker Dunia (2-Habis)
Siapa sangka, sepatu kets bisa dipamerkan di galeri seni kelas dunia. Tapi, itulah yang sekarang sedang berlangsung di Melbourne. Berikut lanjutan catatan AZRUL ANANDA, wartawan

Jawa Pos yang baru pulang meliput balap Formula 1 di Australia.

Melbourne merupakan salah satu ibu kota sneaker dunia. Itu saja sudah membuat saya, seorang sneaker head, bersemangat mengunjunginya. Bisa dibayangkan betapa bertambahnya semangat ini, begitu mengetahui di kota itu juga sedang ada pameran sepatu kets.

Bertitel Sneakers: Classics to Customs, pameran itu bukan pameran biasa. Tempatnya pun sangat berkelas, National Gallery of Victoria (NGV), salah satu galeri seni terbaik di Australia. Dibuka akhir 2006 lalu, pameran itu dijadwalkan berlangsung hingga Juli mendatang.

Mudah sekali untuk mencapai galeri tersebut. Kalau sedang berada di pusat kota, tinggal jalan kaki beberapa menit sudah sampai. Galeri tersebut terletak tak jauh dari Flinders Street Station dan Federation Square, dua lokasi populer di Melbourne. Menikmati pameran itu lebih mudah lagi, karena masuknya gratis.

Sebenarnya, sneaker bukanlah satu-satunya pameran di NGV International saat ini. Juga bukan pameran yang terbesar. Ada sejumlah eksibisi di galeri besar tersebut. Sekarang, yang paling besar adalah pameran sinema India.

Untuk melihat pameran sneaker, kita harus naik ke lantai 2, di Myer Fashion and Textiles Gallery. Ukuran galeri itu tidak besar, total sekitar 20 x 10 meter. Tapi, bukan ukuran yang terpenting, melainkan kualitas pamerannya.

Total, ada 300-an sepatu dipamerkan di NGV, dipinjam dari sekitar 25 kolektor (pribadi maupun perusahaan) di Melbourne dan Sydney. Sesuai judulnya, pameran ini tidak memfokuskan diri pada satu jenis sneaker. Mulai model-model klasik, basket, hingga custom (sudah dihias oleh desainer) dipajang di tiga ruangan terpisah.

Khas pameran barat, tidak banyak pernak-pernik lain di pameran tersebut. Sepatu-sepatu yang ada dipajang apa adanya, di tempat yang bersih dan minimalis. Nuansa gelap mewarnai galeri, dibantu sejumlah lampu sorot dan tampilan multimedia yang menggambarkan sejumlah aktivitas anak muda, di antaranya skateboarding dan basket.

Perkembangan sneaker dalam tiga dekade terakhir digambarkan dalam pameran tersebut. Setiap sepatu diberi nomor, lalu diberi penjelasan tentang merek, model, dan pemilik yang meminjamkannya.

Ruangan pertama didominasi oleh sepatu-sepatu klasik, yang selama ini paling diburu kolektor. Ada aneka ragam Converse All Star, adidas Superstar, dan Nike Air Force 1. Tidak semua dalam kondisi baru, banyak yang sudah terlihat dekil bekas dipakai.

Ruangan tengah didominasi sepatu-sepatu custom dan langka, seperti merek A Bathing Ape asal Jepang (Bape). Salah satu yang paling unik adalah A Bathing Ape Marvel Bapesta, Hulk Edition keluaran 2005. Sepatu kasual itu berwarna hijau dan ungu, khas monster komik ciptaan Marvel. Beda dengan sepatu pada umumnya, sepatu ini tidak dibungkus di dalam kotak. Melainkan di dalam bungkus plastik transparan ala mainan action figure.

Ruangan lain menampilkan sepatu basket. Mulai Air Jordan, Nike LeBron, sampai merek-merek lain seperti Reebok, Dada Supreme, And 1, plus beberapa lainnya.

Mengapa pameran sneaker di Melbourne? Menurut Roger Leong, kurator NGV, kolektor sepatu di Australia semakin banyak dan semakin diapresiasi publik dalam setahun terakhir. “Sneaker bisa ditampilkan dengan cara yang tidak terbatas, menyenangkan semua orang, baik pemakai kasual maupun kolektor yang serius,” ujarnya.

Leong menjelaskan, budaya koleksi sneaker ini sudah ada sejak 1980-an. Di Australia, pada awal 1990-an, para kolektor mulai banyak terlihat berburu di toko-toko baju bekas. Semula, hobi ini diduga hanya akan bertahan sesaat. Tapi ternyata, hobi ini justru terus berkembang sampai sekarang. “Budaya sneaker begitu kaya dan beragam,” katanya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Australia menjadi bagian penting fenomena sneaker dunia. Khususnya Melbourne. Sebab, di kota inilah majalah Sneaker Freaker berasal. Majalah garapan Simon Wood alias Woody of Melbourne itu kini telah beredar di 32 negara, meraih popularitas luar biasa di Amerika, menjadikan sang pendiri sebagai salah satu dewa sneaker dunia.

Situs Sneaker Freaker juga luar biasa populer, punya anggota lebih dari 7.000 orang dan dikunjungi jutaan orang per bulannya.

Untuk menyelenggarakan pameran sneaker ini, Leong mendapat banyak bantuan dari Woody. Selain itu, dia juga mendapat bantuan dari Jazz Bonifacio, seorang desainer dan kolektor sneaker asal Melbourne. Mereka ikut sibuk melobi para kolektor untuk ikut memajang sepatu kesayangannya.

“Tidak mudah untuk menemukan kolektor terbaik Australia. Mereka mungkin sudah punya komitmen untuk kepentingan lain atau khawatir barang miliknya bakal rusak, hilang, atau berkurang nilainya,” jelas Bonifacio, lewat buklet pameran. “Akhirnya, kami berhasil meyakinkan bahwa semua bakal aman, diawasi dengan ketat oleh NGV. Kami berharap, dengan pameran ini, orang bisa lebih paham tentang budaya sneaker dan bagaimana ini bisa menjadi fenomena dunia,” lanjutnya.

Kebanyakan kolektor yang menyumbangkan sepatunya untuk dipamerkan adalah pria muda, yang telah menekuni hobi ini sejak lima tahun lalu. Tapi, ketika saya berkunjung, yang datang bukan hanya anak muda. Ibu-ibu berusia lanjut pun datang, menikmati satu per satu koleksi yang dipamerkan.

Bagi pembaca yang sampai sekarang masih penasaran, mengapa koleksi sneaker bisa begitu heboh? Jawaban terbaik mungkin muncul dari mulut sang dewa, Woody. Dia menyamakan laki-laki dan sneaker itu seperti perempuan dan tas.

“Saya pikir laki-laki makin lama makin seperti perempuan, dalam pengertian yang baik. Cinta laki-laki pada sneaker itu sama seperti cinta perempuan terhadap handbag dan sepatu hak tinggi,” tukasnya. (*)



COURTESY OF: KELTANG POS ONLINE

http://www.kaltengpos.com/berita/index.asp?IDKategori=UTAMA&id=22518

No comments: